“AKU LEBIH MAHAL DARI ANAK YANG LAIN”

<Sabtu, 06 Februari 2016 ORI 23:01>

Seorang anak laki-laki berumur sekitar 10 tahun, sedang mengamati berbagai jenis kucing peliharaan di sebuah toko hewan.

Anak laki-laki yang biasa dipanggil Acang, memiliki keinginan yang begitu besar untuk memelihara kucing peliharaan sebagai teman bermainnya.

Di rumahnya yang sangat sederhana, Acang tinggal berdua dengan Ibunda tercinta, sedangkan ayahnya sudah lama meninggal karena kecelakaan.

Kejadian memilukan tersebut masih sangat melekat dalam benaknya…

Acang, yang saat itu duduk di belakang boncengan motor ayahnya, terjatuh dan ditimpa bahan bangunan dari mobil yang menabrak mereka. 

Ayah Acang terpental sejauh 7 meter dan tidak dapat terselamatkan nyawanya, sedangkan Acang sendiri berhasil dibawa oleh seorang supir taxi ke rumah sakit terdekat. 

Setelah mengalami beberapa kali operasi, akhirnya Acang dapat pulih kembali seperti orang normal.

Pandangan mata Acang masih tetap ke arah toko yang berdindingjan poster hello kitty…

Di toko hewan tersebut, tersedia beragam jenis kucing dengan bentuk unik serta berbulu indah. 

Di ujung toko, berkumpul beberapa ekor anak kucing persia peaknose (kucing hidung pesek) yang sangat imut dan menggemaskan.

Acang berniat membeli salah satu dari anak kucing persia peaknose tersebut, kemudian bertanya kepada pemilik toko : “Bu, berapa harga anak kucing yang berada di ujung sana?”

Pemilik toko memandang Acang dengan seksama, mungkin meragukan kemampuan seorang anak berumur 10 tahun, untuk membeli anak kucing mahal miliknya.

Ibu pemilik toko menjawab : “Harga satu ekor anak kucing persia peaknose adalah berkisar satu juta sampai dengan dua juta, tergantung keunikan, silsilah dan kepintarannya. Adik kecil mau pilih yang mana?”

Acang melihat ke mata sang Ibu pemilik toko, kemudian mengeluarkan dua lembar uang lima puluh ribu dari saku celananya. 

Acang berkata lagi : “Saat ini aku hanya memiliki uang seratus ribu, bolehkan aku memiliki salah satu dari kucing tersebut? Sisanya akan aku cicil setiap bulannya”.

Pemilik toko kucing tersebut menggelengkan kepala tanda tidak setuju dengan tawaran Acang.

Terlihat raut muka Acang berubah menjadi sangat sedih. Keinginannya untuk memiliki teman bermain akan pupus sudah.

Namun, tatkala hendak meninggalkan toko hewan tersebut, mata Acang tertuju ke sebuah kandang kecil yang berisikan seekor anak kucing persia peaknose, mirip dengan sekumpulan anak kucing yang berada di ujung toko tadi.

Dengan penuh penasaran, Acang bertanya kepada pemilik toko : “Mengapa anak kucing ini tidak diletakkan bersama dengan anak kucing lain? Mengapa dia harus dipisahkan dari yang lain?”

Pemilik toko menjawab keheranan Acang : “Anak kucing ini mengalami cacat fisik sejak lahir. Kakinya pincang sebelah kiri belakang. Tidak akan ada orang yang bakal mau membelinya”.

Acang terdiam sejenak…

Kemudian Acang berkata dengan suara mantap : “Aku mau membeli anak kucing itu…!!!”

Ibu pemilik toko terkejut dengan ucapan Acang dan berkata : “Adik kecil yang baik hati, untuk apa kamu mau membeli anak kucing yang cacat? Dia tidak akan dapat menyenangkan dirimu. Anak kucing ini tidak akan dapat melompat tinggi, tidak dapat berlari cepat dan bahkan akan menyusahkan dirimu kelak”.

Acang menegaskan lagi : “Pokoknya aku mau membeli anak kucing cacat ini…!”

Pemilik toko menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata : “Jika kamu berniat memeliharanya, saya akan memberikan kepadamu secara gratis. Jujur saja, saya menjadi tidak terbebani lagi oleh anak kucing cacat ini”.

Acang memandang wajah pemilik toko dengan sorot mata tajam, seperti menggambarkan perasaan kecewa dan marah.

“Aku tidak mau memperoleh anak kucing ini dengan cuma-cuma. Aku juga tidak ingin mendapat harga diskon. Aku akan membelinya dengan harga yang sama dengan harga anak kucing normal. Aku akan menyicil setiap bulannya…”, Acang berkata dengan suara tegas dan mantap, namun di ujung matanya menetes sebutir air mata.

Pemilik toko sangat heran dengan keteguhan hati Acang, untuk memiliki anak kucing cacat dengan harga normal.

Baginya, bila saja ada orang yang berniat untuk mengadopsinya, maka dia akan memberikan secara gratis. Artinya, dia tidak perlu lagi mengeluarkan biaya makanan sehari-hari buat anak kucing ini.

Setelah terdiam beberapa detik, dengan perlahan-lahan Acang menarik ujung celana panjang yang dia pakai. 

Tampak sepasang kaki palsu yang berwarna kuning langsat, mirip dengan warna kulit manusia. Jika dipandang sekilas, tidak ada bedanya dengan kaki manusia normal. Hanya batas sambungan kaki palsu dan paha Acang terlihat sangat jelas.

Ibu pemilik toko sangat terkejut melihat kenyataan ini. Tanpa sadar, dia turut menitikkan air mata. Dia baru sadar mengapa Acang merasa tersinggung dan kecewa dengan perlakuan diskriminasi kepada anak kucing cacat tersebut.

Acang berkata lagi : “Aku iuga pincang, makanya semua orang memanggilku Acang. Aku tidak dapat melompat tinggi, aku tidak dapat berlari kencang dan aku juga tidak bisa bermain sebebas anak normal lainnya. Aku ingin menamai anak kucing spesial ini dengan nama Apin, biar klop dengan namaku Acang”.

Air mata Acang mulai berjatuhan membasahi kerah bajunya.

Acang berteguh : “Aku tidak ingin mendapatkan perlakuan diskriminasi dari orang lain, demikian juga dengan anak kucing ini”.

Acang berprinsip : “Aku tidak ingin dihargai murah ataupun cuma-cuma, sama seperti anak kucing ini. Aku ingin memiliki harga yang sama dengan anak normal lainnya”.

Kali ini Acang tidak dapat membendung isak tangisnya. 

Ibu pemilik toko segera memeluk tubuh mungil Acang, lalu berkata : “Maafkan Ibu, nak Acang. Ibu telah melukai hatimu. Sungguh kamu adalah anak yang tabah dan berjiwa besar. Ibu yakin, tidak semua anak normal memiliki keteguhan hati sepertimu. Hargamu jauh lebih mahal dari anak-anak normal lainnya”.

(Salam Pencerahan – Salam UFO)

This entry was posted in KISAH INSPIRATIF, RENUNGAN. Bookmark the permalink.

Leave a comment